Kota Malang, malangartchannel.com – Sarinah, salah satu pertokoan modern awal di Kota Malang, kini telah menjadi bagian penting dari sejarah dan perkembangan Kota Malang. Berlokasi di seberang alun-alun Kota Malang, Sarinah pernah meraih popularitasnya pada tahun 1990-an.
Agung Buana, seorang pemerhati sejarah dan budaya Kota Malang, mengatakan, “Dulunya, Sarinah merupakan pertokoan terlengkap. Ada supermarket dan toko souvenir yang menjual barang-barang kerajinan dari seluruh Indonesia. Bahkan McDonald’s juga hadir di sana pada 1993.”
Namun, sejak tahun 1999, Sarinah mengalami penurunan kepopuleran. Jumlah pengunjung yang datang berangsur-angsur menurun karena harus bersaing dengan pertokoan lain yang muncul di sekitarnya.
Saat ini, aktivitas di gedung Sarinah terbatas hanya pada lantai 1 dan lantai 3. Lantai 1 digunakan untuk berjualan pakaian dan souvenir, sementara di lantai 3 terdapat kafe dan bioskop Movimax. Sayangnya, lantai 2 gedung Sarinah saat ini tidak digunakan. Namun, rencananya lantai 2 akan dimanfaatkan sebagai tempat berjualan bagi pedagang yang terdampak kebakaran Malang Plaza beberapa waktu lalu.
Sebelum menjadi pertokoan modern, Sarinah dulunya adalah tempat tinggal atau rumah dinas Bupati Malang pertama, Raden Toemanggeong Notodiningrat. Rumah dinas tersebut dibangun pada tahun 1820, setelah Belanda mendirikan Kabupaten Malang. Pada tahun 1900, gedung Sarinah berfungsi sebagai Societiet Concordia, tempat hiburan dan pertemuan orang-orang Belanda saat itu.
“Nama bangunannya adalah Societiet Concordia, atau dikenal sebagai rumah bola itu tempat khusus bagi orang Belanda. Di sana ada billiard dan beragam hiburan lainnya. Tempat ini menjadi lokasi berkumpulnya orang Belanda,” ujar Agung Buana.
Pada tahun 1942, Belanda meninggalkan Gedung Societiet Concordia setelah Jepang masuk ke Malang. Selama masa kekuasaan Jepang, penggunaan gedung tersebut tidak diketahui dengan pasti.
Pada tahun 1947, Gedung Societiet Concordia menjadi tempat rapat akbar Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang menjadi cikal bakal Dewan Permusyawaratan Rakyat. Rapat yang berlangsung dari 25 Februari hingga 5 Maret 1947 ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Mohammad Hatta, Ir. Soekarno, Ki Hajar Dewantara, Jenderal Soedirman, Bung Tomo, dan Douwes Dekker.
Namun, pada bulan Juli 1947, Gedung Societiet Concordia dan 1.000 bangunan lainnya dibumihanguskan oleh Gerilya Rakyat Kota (GRK) dalam peristiwa yang dikenal sebagai Malang Bumi Hangus. Pembakaran dilakukan oleh GRK sebagai strategi perang agar Belanda tidak dapat menggunakan bangunan-bangunan tersebut. Pada tahun 1960, di lokasi gedung Societiet Concordia tersebut, dibangun sebuah Taman Kanak-Kanak.
“Selain Taman Kanak-Kanak, juga ada beberapa rumah yang dulu digunakan untuk perkumpulan seniman golongan kiri sekitar 1965. Lalu bangunan di kawasan tersebut diambil alih pemerintah Kota Madya,” tutupnya.
Pada tahun 1970, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan membangun Sarinah. Awalnya, Sarinah merupakan bangunan dua lantai yang kemudian mengalami dua kali renovasi pada tahun 1980 dan 1990. Renovasi tersebut melibatkan beberapa perubahan, termasuk pada bagian luar gedung dan penambahan satu lantai. (klm)